Dr Hagi Yulia Sugeha |
Sejak 2001, perempuan kelahiran Kotamo bagu, Sulawesi Utara, itu pun memutuskan ber gabung dengan Prof Katsumi melakukan penelitian sidat di perairan nusantara. Meliputi Laut Jawa, Selat Makassar, Laut Sulawesi, Laut Maluku, Teluk Tomini Kepulauan Togean, Laut Banda, hingga Laut Flores.
Selama hampir dua bulan, ekspedisi yang ditempuh oleh lulusan Fakultas Perikanan Universitas Sam Ratulangi Manado itu, menghasilkan temuan luar biasa.
Indonesia adalah surga sidat tropis. Ada sembilan spesies sidat bertebaran di hampir seluruh perairan di Indonesia. Bahkan, di salah satu perairan ditemukan sidat berukuran 1,73 meter, berat 11 kilogram.
Ia semakin penasaran dengan ikan misterius ini. Ia berkeyakinan Allah SWT punya maksud tertentu di balik penciptaannya. “Allah menciptakan pasti ada manfaatnya minimal untuk lingkungan,” paparnya menceritakan awal mula pergulatannya dengan spesies laut itu.
Mungkin banyak yang belum tahu sidat. Orang awam menyebut belut laut, karena bentuknya panjang berlendir mirip belut. Di Jepang, sidat atau unagi termasuk makanan istimewa. Nutrisinya lengkap, kaya protein, mengandung Omega3 tinggi, dan baik untuk stamina tubuh. Makanya, harga sidat cukup mahal. Kini, di Jepang dan beberapa negara Eropa persediaan sidat sudah tahap memprihatinkan.
Hampir 10 tahun meneliti sidat, perempuan yang kini berusia 40 tahun itu bisa tampil di berbagai ajang internasional.
Saat World Fisheries Congress ke-5, sebuah perhelatan ber gengsi yang dihadiri para pakar dunia perikanan dan biota laut dari berbagai negara digelar, di Yokohama, Jepang, 2008, peserta terpukau dengan presentasi yang disampaikan Hagi mengenai spesies sidat nusantara. Kesimpulannya, dari 19 spesies ikan sidat di dunia, ternyata sembilan tersebar di perairan Indonesia.
Sumber : http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/12/06/15/m5nyx4-uswah-hagi-yulia-sugeha-dari-sidat-meraih-sukses-1