Saturday, October 6, 2012

Sidat akan jadi Sumber Devisa dan Kesejahteraan


SIDAT, Aquilla sp dalam bahasa Inggrisnya adalah Freshwater Ells dan bangsa Jepang  menyebutnya Unagi, selanjutnya dalam bahasa daerah dikenal sebagai Masapi atau Sogili.  Komoditi ini banyak dicari orang terutama  bangsa Jepang, Korea dan China karena terbukti sangat berkhasiat untuk kesehatan antara lain  sebagai sumber asam lemak omega yang sangat baik untuk perkembangan sel otak anak yang bermuara kepada kecerdasan;  sebagai anti oksidan yang bertahan cukup lama dalam sistem peredaran darah; dan yang tidak kalah pentingnya dapat meningkkatkan vitalistas.  Namun demikian salah satu kelemahan komoditi ini belum dapat dibenihkan sehingga untuk pembesarannya masih bergantung benih hasil tanggakapan di alam.  Oleh karena itu wajar saja olahan komoditi ini yang  di Jepang  namanya "kabayaki"  sangat mahal dan harganya  mencapai $100 US per kg, sedangkan di Jakarta sekitar $ 40 US.  Indonesia termasuk Sulawesi Tengah merupakan salah satu sumber benih dan ke depan menjadi harapan dunia, karena  sumber benih sidat di beberapa negara semakin menurun.   Peluang ini tentunya harus dimanfaatkan secara maksimal  sehingga dapat menjadi salah satu sumber devisa penting  bagi negara maupun kesejahteraan masyarakat.

Sulteng Sumber Benih
Berdasarkan siklus hidupnya, sidat dewasa jantan dan betina beruaya (berpindah) dari danau atau sungai menuju laut lepas untuk melakukan perkawinan di kedalaman 400-500 meter, dan setelah melaksanakan tugasnya induk-induk tersebut akan mati.  Sejumlah telur yang dibuahi akan menetas menjadi benih yang namanya glass ells dan biasa ditemui di sekitar muara sungai, selanjutnya glass ells tersebut bergerak ke hulu sungai atau danau dan berkembang menjadi sidat muda yang namanya elver  yang pada tahapan selanjutnya menjadi sidat-sidat dewasa yang siap berpindah lagi ke laut untuk bereproduksi.  Kalau ikan salmon yang hidup di negara dingin seperti Norwegian siklus hidupnya besar di laut dan melaksanakan perkawinan di hulu sungai setelah itu mati (disebut anadromus) sedangkan sidat sebaliknya disebut katadromus, besar di hulu sungai kemudian melaksanakan perkawinan di laut.  Namun keunggulannya ikan salmon sudah dapat dibenihkan.

Sepuluh kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Tengah minus kabupaten Sigi memiliki potensi benih sidat yang besar.  Ada tiga jenis sidat yang dominan di Sulawesi Tengah yaitu Aquilla marmorata,  Aquilla celebesensis, Aquilla bicolor fasifika, dan Aquilla borneoensis serta ada beberapa jenis sementara diteliti.  Jenis pertama sampai ketiga dominan terdapat di 10  kabupaten/kota , utamanya Kabupaten/kota yang memiliki  sungai aktif yang berhubungan dengan laut .  Dalam tiga tahun terakhir pengiriman benih sidat  ke luar Sulawesi Tengah sangat marak, yang dipicu oleh  tingginya permintaan maupun harga jual benih glass elss yang mencapai jutaan rupiah per/ kg (1 kg setara 20 - 30 ribu ekor).  Realitas ini tentunya merupakan sebuah peluang dan tantangan yang harus di manfaatkan sebaik-baiknya untuk kepentingan Sulawesi Tengah dan masyarakatnya. Dan untuk merealisasikan  tujuan itu antara lain diperlukan sejumlah regulasi yang akan mengatur dan memfasilitasi tentang perdagangan, konservasi, pembesaran sampai kepada pengembangan industrinya yang pada akhirnya akan  diperoleh nilai tambah dan usaha yang berkelanjutan.

Industrialisasi
Tahun 2010 kebutuhan kabayaki (sidat olahan) di Jepang mencapai 100.000 ton sedangkan di Indonesia sekitar 4.000 ton dan permintaanya yang  terus meningkat.  Demikian pula kebutuhan di China dan Korea yang juga semakin meningkat.  Sementara itu kemampuan Industri pengolahan sidat  yang ada di Indonesia ( Pelabuhan Ratu, Sukabumi) hanya mencapai 4.000 ton.  Keterbatasan ini dipicu oleh kelangkaan bahan baku hasil budidaya ( sidat ukuran  250 - 300 gr yang dipelihara selama kurang lebih 8 - 10 bulan).  

Berdasarkan pendekatan hulu-hilir, maka Industrialisasi sidat di Indonesia dibagi menjadi 4 segmen yaitu: segmen pertama pembesaran benih glass ell menjadi sidat muda ukuran 3 - 5 gram yang  membutuhkan waktu kurang lebih 3-4 bulan; segmen kedua pembesaran sidat muda ukuran 3 - 5 gram menjadi 8 -10 gram yang membutuhkan waktu juga sekitar 3 - 4 bulan; segmen ketiga pembesaran sidat 8 - 10 gram menjadi sidat konsumsi 250 - 300 gram yang membutuhkan waktu 8 - 10 bulan; sedangkan segmen ke empat adalah prosesing sidat ukuran 250 - 300 gram menjadi kabayaki ( sidat panggang yang  berbumbu). 

Dari usaha segmentasi ini, maka untuk sementara waktu segmen yang dapat dilakukan oleh masyarakat dalam rangka program pemberdayaan adalah usaha di segmen pertama dan kedua.  Selanjutnya segmen ketiga dan ke empat relatif masih sulit untuk dilakukan oleh masyarakat maupun pengusaha kita, karena tuntutan mutu termasuk rasa yang masih tinggi tingkat kesulitannya.  Sebagai gambaran bahwa untuk usaha pada segmen ketiga, pembentukan tekstur daging dan rasa, taste pada saat budidaya menjadi bagian yang penting karena tekstur dan rasa akan menentukan nilai jual. 

Masterplan
Visi Pemerintah Sulawesi Tengah 2011-2016 adalah akan mensejajarkan Sulawesi Tengah dengan provinsi maju di kawasan timur dibidang Agribisnis dan Kelautan melalui pengembangan sumberdaya manusia yang berdaya saing di tahun 2020.  Sejumlah indikasi menunjukkan adanya dukungan konkrit dari sejumlah elemen baik di Provinsi maupun Kabupaten/Kota untuk merealisasikan Visi itu.  Salah satu indikasi yang dapat dilihat adanya dukungan pendanaan melalui APBD  tahun 2012 untuk menyusun masterplan Industrialisasi sidat di Sulawesi Tengah 

Masterplan Industrialisasi sidat  menjadi bagian penting sebagai referensi bagi Pemerintah Sulawesi Tengah (Provinsi dan Kabupaten/Kota) bahkan Pemerintah Pusat  untuk menyusun kebijakan  agar program dan kegiatan yang akan di implementasikan mempunyai arah dan tujuan yang jelas, sehingga tidak lagi terjadi program dan kegiatan yang tumpang tindih dan salah arah.  Selain itu masterplan ini juga menjadi pertimbangan bagi investor untuk menanamkan investasinya.

Paling tidak dari empat segmen usaha itu, sudah dapat dipetakan alokasinya pada Kabupaten/Kota sehingga Industrialisasi sidat di Sulawesi Tengah dapat berdaya saing dan bernilai tambah; menetapkan kabupaten/kota yang akan menjadi pilot project pengembangan sidat ;  dan yang tidak kalah pentingnya bagaimana Sulawesi Tengah  dapat menjadi pusat riset sidat di Indonesia, untuk  itu diperlukan perjuangan dan dukungan semua pihak sangat dibutuhkan. SEMOGA.

Hasanuddin Atjo, Kadis Kelautan Sulteng

No comments:

Post a Comment