Sulteng Sumber Benih
Berdasarkan siklus hidupnya, sidat dewasa jantan dan betina beruaya (berpindah) dari danau atau sungai menuju laut lepas untuk melakukan perkawinan di kedalaman 400-500 meter, dan setelah melaksanakan tugasnya induk-induk tersebut akan mati. Sejumlah telur yang dibuahi akan menetas menjadi benih yang namanya glass ells dan biasa ditemui di sekitar muara sungai, selanjutnya glass ells tersebut bergerak ke hulu sungai atau danau dan berkembang menjadi sidat muda yang namanya elver yang pada tahapan selanjutnya menjadi sidat-sidat dewasa yang siap berpindah lagi ke laut untuk bereproduksi. Kalau ikan salmon yang hidup di negara dingin seperti Norwegian siklus hidupnya besar di laut dan melaksanakan perkawinan di hulu sungai setelah itu mati (disebut anadromus) sedangkan sidat sebaliknya disebut katadromus, besar di hulu sungai kemudian melaksanakan perkawinan di laut. Namun keunggulannya ikan salmon sudah dapat dibenihkan.
Sepuluh kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Tengah minus kabupaten Sigi memiliki potensi benih sidat yang besar. Ada tiga jenis sidat yang dominan di Sulawesi Tengah yaitu Aquilla marmorata, Aquilla celebesensis, Aquilla bicolor fasifika, dan Aquilla borneoensis serta ada beberapa jenis sementara diteliti. Jenis pertama sampai ketiga dominan terdapat di 10 kabupaten/kota , utamanya Kabupaten/kota yang memiliki sungai aktif yang berhubungan dengan laut . Dalam tiga tahun terakhir pengiriman benih sidat ke luar Sulawesi Tengah sangat marak, yang dipicu oleh tingginya permintaan maupun harga jual benih glass elss yang mencapai jutaan rupiah per/ kg (1 kg setara 20 - 30 ribu ekor). Realitas ini tentunya merupakan sebuah peluang dan tantangan yang harus di manfaatkan sebaik-baiknya untuk kepentingan Sulawesi Tengah dan masyarakatnya. Dan untuk merealisasikan tujuan itu antara lain diperlukan sejumlah regulasi yang akan mengatur dan memfasilitasi tentang perdagangan, konservasi, pembesaran sampai kepada pengembangan industrinya yang pada akhirnya akan diperoleh nilai tambah dan usaha yang berkelanjutan.
Industrialisasi
Tahun 2010 kebutuhan kabayaki (sidat olahan) di Jepang mencapai 100.000 ton sedangkan di Indonesia sekitar 4.000 ton dan permintaanya yang terus meningkat. Demikian pula kebutuhan di China dan Korea yang juga semakin meningkat. Sementara itu kemampuan Industri pengolahan sidat yang ada di Indonesia ( Pelabuhan Ratu, Sukabumi) hanya mencapai 4.000 ton. Keterbatasan ini dipicu oleh kelangkaan bahan baku hasil budidaya ( sidat ukuran 250 - 300 gr yang dipelihara selama kurang lebih 8 - 10 bulan).
Berdasarkan pendekatan hulu-hilir, maka Industrialisasi sidat di Indonesia dibagi menjadi 4 segmen yaitu: segmen pertama pembesaran benih glass ell menjadi sidat muda ukuran 3 - 5 gram yang membutuhkan waktu kurang lebih 3-4 bulan; segmen kedua pembesaran sidat muda ukuran 3 - 5 gram menjadi 8 -10 gram yang membutuhkan waktu juga sekitar 3 - 4 bulan; segmen ketiga pembesaran sidat 8 - 10 gram menjadi sidat konsumsi 250 - 300 gram yang membutuhkan waktu 8 - 10 bulan; sedangkan segmen ke empat adalah prosesing sidat ukuran 250 - 300 gram menjadi kabayaki ( sidat panggang yang berbumbu).
Dari usaha segmentasi ini, maka untuk sementara waktu segmen yang dapat dilakukan oleh masyarakat dalam rangka program pemberdayaan adalah usaha di segmen pertama dan kedua. Selanjutnya segmen ketiga dan ke empat relatif masih sulit untuk dilakukan oleh masyarakat maupun pengusaha kita, karena tuntutan mutu termasuk rasa yang masih tinggi tingkat kesulitannya. Sebagai gambaran bahwa untuk usaha pada segmen ketiga, pembentukan tekstur daging dan rasa, taste pada saat budidaya menjadi bagian yang penting karena tekstur dan rasa akan menentukan nilai jual.
Masterplan
Visi Pemerintah Sulawesi Tengah 2011-2016 adalah akan mensejajarkan Sulawesi Tengah dengan provinsi maju di kawasan timur dibidang Agribisnis dan Kelautan melalui pengembangan sumberdaya manusia yang berdaya saing di tahun 2020. Sejumlah indikasi menunjukkan adanya dukungan konkrit dari sejumlah elemen baik di Provinsi maupun Kabupaten/Kota untuk merealisasikan Visi itu. Salah satu indikasi yang dapat dilihat adanya dukungan pendanaan melalui APBD tahun 2012 untuk menyusun masterplan Industrialisasi sidat di Sulawesi Tengah
Masterplan Industrialisasi sidat menjadi bagian penting sebagai referensi bagi Pemerintah Sulawesi Tengah (Provinsi dan Kabupaten/Kota) bahkan Pemerintah Pusat untuk menyusun kebijakan agar program dan kegiatan yang akan di implementasikan mempunyai arah dan tujuan yang jelas, sehingga tidak lagi terjadi program dan kegiatan yang tumpang tindih dan salah arah. Selain itu masterplan ini juga menjadi pertimbangan bagi investor untuk menanamkan investasinya.
Paling tidak dari empat segmen usaha itu, sudah dapat dipetakan alokasinya pada Kabupaten/Kota sehingga Industrialisasi sidat di Sulawesi Tengah dapat berdaya saing dan bernilai tambah; menetapkan kabupaten/kota yang akan menjadi pilot project pengembangan sidat ; dan yang tidak kalah pentingnya bagaimana Sulawesi Tengah dapat menjadi pusat riset sidat di Indonesia, untuk itu diperlukan perjuangan dan dukungan semua pihak sangat dibutuhkan. SEMOGA.
Hasanuddin Atjo, Kadis Kelautan Sulteng
No comments:
Post a Comment