Sidat memiliki potensi yang cukup besar untuk dikem-bangkan menjadi komoditi perikanan unggulan karena permintaan dunia yang sangat tinggi. Pada tahun 1995 permintaan akan sidat mencapai 205.000 ton yang senilai dengan 3,1 milyar dollar Amerika dan sebagian besar (92%) dihasilkan dari budidaya. Sayangnya pasokan benih terus menurun secara drastis pada beberapa negara yang teknik budidaya sidatnya sudah maju (Jepang, China, Taiwan, Itali dan Belanda).
Sebaliknya Indonesia yang memiliki sidat dengan jenis yang cukup beragam belum dimanfaatkan secara optimal. Kebanyakan sidat yang dipasarkan merupakan hasil tangkapan dari alam . Sampai saat ini jumlah pem-budidaya sidat masih sangat terbatas, padahal potensi benih sidat (glass eel) di Indonesia cukup tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa antara jumlah produksi benih yang dihasilkan dari alam belum sepadan dengan pe-manf aatnnya untuk pembesaran. Dengan demikian perlu diwaspadai karena kenyataan di lapangan justru per-mintaan ekspor terhadap benih sidat (glass eel) semakin meningkat, misalnya dengan dalih untuk penelitian.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Per-ikanan, tentang larangan Pengeluaran Benih Sidat Dari Wilayah Negara Republik Indonesia, ke Luar Wilayah Negara Republik Indonesia NOMOR PER. 18/ MEN/ 2009. Ukuran dan benih sidat yang dilarang adalah:
1. Benih adalah ikan dalam umur, bentuk, dan ukuran tertentu yang belum dewasa.
2. Benih sidat adalah sidat kecil dengan ukuran panjang sampai 35 cm dan/atau berat sampai 100 gram per ekor dan/atau berdiameter sampai 2,5 cm.
Jadi ada batasan berat 100 gram, atau diameter s/ d 2,5 cm, danpanjang 35 cm. Hal itu memungkinkanperkembangan pemeliharaan sidat dalam negeri sampai ukuran (100 gr, diameter 2,5 cm, panjang 35 cm), dan dapat dilepas ke pasar internasional untuk ukuran yang lebih besar.
Pasaran di Jepang menghendaki ukuran konsumsi 190 gr/ sd 200 gr per ekor yang disebut 'boko' [150 gr s/d 220 gr, panjang s/d 80 cm sekilo 6 ekor], untuk ukuran small market size adalah 'futo' [100 gr - 150 gr, panjang mencapai 50 cm, sekilo 8 ekor]. Jika sudah dipaket menjadi sidat panggang (unagi kabayaki) kemasan adalah 110gr-120 gr, dan 150gr-160gr, dalam bentuk sudah dikemas dalam kemasan vakum, dari sidat hidup kabayaki susut beratnya 20%.
Harga sidat di Tsukiji Market - Jepang, mencapai 7.000 yen per kg, sekitar Rp. 739.865 per kilo gram, untuk unagi kabayaki (panggang di vakum) harga HOgr -120 gr sekitar 1.260-1.500 yen (133 ribu s/d 158 ribu rupiah).
Jadi dapat diperhitungkan harga jual ke Jepang, tentu akan memudahkan jika di Indonesia yang akan di eksport adalah produk olahan (unagi kabayaki), bisa juga dalam bentuk fresh frozen eel, frozen roasted eel (unagi kabayaki). Untuk pasaran dunia biasanya mereka menghendaki sidat hidup untuk pasar lokal, dan frozen eel.
Selain peraturan tersebut dalam upaya pelestarian ikan sidat dalam artian pemanfaatan secara berkelanjutan ada beberapa hal yang bisa dilakukan antara lain:
♦ Pembatasan ukuran sidat yang boleh ditangkap oleh masyarakat, misalnya dengan melarang menangkap sidat indukan matang gonad
♦ Pembatasan waktu penangkapan sidat oleh masya¬rakat misalnya dengan larangan menangkap pada saat musim ruaya induk sidat ke laut untuk mijah
♦ Pemeliharaan habitat yang digunakan sebagai jalur ruayanya, misalnya menjaga agar tidak terjadi pengen-dapan/penutupan bagian muara sungai
♦ Larangan menangkap ikan menggunakan bahan ber-bahaya (racun dan setrum)
Perlu Anda tahu, ikan sidat merupakan salah satu jenis ikan yang laku di pasar internasional (Jepang, Hongkong, Belanda, Jerman, Italia dan beberapa negara lain), dengan demikian ikan ini memiliki potensi sebagai komoditas ekspor.
Di Indonesia, ikan sidat banyak ditemukan di daerah-daerah yang berbatasan dengan laut dalam seperti pantai selatan Pulau Jawa, pantai barat Sumatera, pantai timur Kalimantan, pantai Sulawesi, pantai kepulauan Maluku dan Irian Barat.
Tidak seperti halnya di negara lain (Jepang, dan negara-negara Eropa), di Indonesia sumberdaya ikan sidat belum banyak dimanfaatkan, padahal ikan ini baik dalam ukuran benih maupun ukuran konsumsi jumlah-nya cukup melimpah.
Tingkat pemanfaatan ikan sidat secara lokal (dalam negeri) masih sangat rendah, akibat belum banyak di-kenalnya jenis ikan ini, sehingga kebanyakan penduduk Indonesia belum familiar untuk mengkonsumsi ikan sidat. Demikian pula pemanfaatan ikan sidat untuk tujuan ekspor masih sangat terbatas.
Di Adopsi Dari Buku " Cara Mudah dan Cepat Budidaya Sidat "
Penerbit " Pustaka Baru Press "
Oleh " Doni Setianto, S.Pi. "
No comments:
Post a Comment