Thursday, November 1, 2012

Strategi Persidatan d Indonesia


Penyelundupan benih sidat ke luar negeri marak terjadi dengan berbagai modus. Salah satu diantaranya benih sidat berbagai ukuran seperti glas eel, elver, fingerling dikirim ke Jepang, Kore Selatan, Thailand dan Taiwan dipacking dengan label ikan hias. 

Dengan adanya Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan, tentang larangan Pengeluaran Benih Sidat Dari Wilayah Negara Republik Indonesia, ke Luar Wilayah Negara Republik Indonesia NOMOR PER. 18/MEN/2009, menteri kelautan dan perikanan melarang ekspor ikan sidat dalam rangka meningkatkan keanekaragaman sumber daya ikan dan pemenuhan kebutuhan kebutuhan benih sidat di dalam negeri. 

Ukuran dan benih sidat yang dilarang adalah: benih ikan dalam umur, bentuk, dan ukuran tertentu yang belum dewasa, benih sidat, sidat kecil dengan ukuran panjang sampai 35 cm dan/atau berat sampai 100 gram per ekor dan/atau berdiameter sampai 2,5 cm.

Jadi ada batasan berat 100 gram, atau diameter s/d 2,5 cm, dan panjang 35 cm. Hal itu memungkinkan perkembangan pemeliharaan sidat dalam negeri sampai ukuran (100gr, diameter 2,5cm, panjang 35 cm), dan dapat dilepas ke pasar internasional untuk ukuran yang lebih besar.

Pasaran di Jepang menghendaki ukuran konsumsi 190 gr/ sd 200 gr per ekor yang disebut boko [ 150 gr s/d 220 gr, panjang s/d 80 cm sekilo 6 ekor], untuk ukuran small marketsize adalah futo [100 gr - 150 gr, panjang mencapai 50 cm, sekilo 8 ekor].

Di Indonesia pertumbuhan berat sidat adalah rata-rata 40 gr/ bulan, dan waktu minimum pembesaran sampai mencapai ukuran konsumsi adalah 9 bulan (Ahmad Suhaeri, BLU Pandu Krawang). 

Dari glass eel sampai ukuran 100 gr dicapai dalam 4 s/d 5 bulan, dan sampai ukuran konsumsi dari 100 gr sampai 250 gr dalam 3/4 bulan. Sidat betina lebih besar dari pada sidat jantan, dan penambahan hormon estrogen pada pakan membuat populasi sidat betina akan lebih banyak. Jika kerapatan tinggi maka akan muncul sidat jantan lebih banyak. Bobot pertumbuhan optimum 9 bulan x 40 gr/bln = 360 gram.

Pertumbuhan berat sidat sangat bergantung suhu optimum pemeliharaan 23 s/d 28 derajat celcius, rata rata 25 derajat cukup optimum, jadi tidak ada masalah suhu di Indonesia, kecuali penyakit dan parasit yg bisa muncul dalam rentang suhu tersebut.

Di Jepang elver mulai dikembangkan dari glass eel 0.15 gr ke elver 0.5 gr (kerapatan tebar 0.4 kg/m2 s/d 1.2kg/m2), setelah itu dilakukan grading dan pemindahan ukuran 0.5 gr ke kolam dengan kerapatan tebar 0.5 kg/m2 s/d akhir 1.6 kg/m2. Ukuran 6,5 gr sudah dilepas ke tambak pembesaran akhir (5000 m2 atau 0.5 ha bisa terdiri dari 25 kolam ukuran 200m2) dan mencapai ukuran panen 190 gram dengan kerapatan 4 kg/m2. Kolam adalah still water. Dari ukuran 0.16 gr ke 0.5 gr ditebar dalam kolam running water, dan 0.5 gr s/d 1.3 gram pembesaran elver setelah grading dalam kolam running water. Atau kalau di Indonesia indoor, running water atau resirkulasi. Dari ukuran 1.3 gr ke 6.5 gr bisa di budi dayakan di air tenang. Untuk pembesaran s/d 20 ton dibutuhkan jumlah air 450 m3/hari atau 5.208 liter/detik.

Jadi para pembudidaya sidat dapat mengelompokan diri:
- Pemodal Stokist (memodali nelayan, dengan fasilitas, modal, jaring scoop) dan lainnya.
- Sebagai nelayan penangkap glass eel dan stokist.
- Pembesaran glass eel ke elver [elver tahap 1]
- Pembesaran elver ke old elver [elver tahap 2]
- Pembesaran old elver ke fingerling
- Pembesaran fingerling ke sidat konsumsi.


Kelompok kelompok para sidaters, bisa di bagi bagi:
- Pembudi daya rumahan dengan sistem resirkulasi (semi intensif)
- Pembudi daya sampai ukuran konsumsi 1 kg 4 ekor atau 1-5 ekor Dari sidat 100gr.
- Pembesaran dari glass eel ke elver 1 gr
- Pembesaran dari 1 gr ke 100 gr (ini sudah bisa di eksport).
- Pembesaran dari 100 gr s/d sidat konsumsi.


Di Indonesia beberapa pembudi daya elver menjual hasil mereka dengan berat 1 gr per ekor (atau 1 kg/ 1000 ekor), glass eel di estuaria ditangkap ukuran 1kg 6.000 ekor. Untuk tangkapan alam bisa ditangkap sidat dewasa yg sedang migrasi ke laut, atau dengan umpan. Jadi para sidaters siap-siap mengelompokan diri di bagian mana akan berusaha di bidang sidat. Perlu rajin rajin mengecek pasar global, mengetahui biaya eksport, processing, freight, dan regulasi serta sertifikasi produk pangan, atau hasil olahan.