Ikan sidat memiliki prospek yang sangat bagus untuk dibudidayakan, walau di Indonesia budidaya sidat belum begitu popular. Akan tetapi ikan sidat ini memiliki nilai gizi dan manfaat yang luar biasa. Selain itu ikan sidat memiliki manfaat sebagai pemacu pertumbuhan manusia, mencegah kolestrol jahat, mencegah penyakit jantung, dan masih banyak manfaat lain untuk kesehatan manusia. Selain alasan di atas, masih ada alasan penting mengapa kita harus budidaya ikan sidat.
1. Harga
Di Jepang, harga ikan sidat bisa mencapai Rp.450.000/ porsi untuk sekali makan. Sementara untuk sidat mentah-nya untuk ukuran 250 gam bisa diatas Rp.150.000/ekor. Sementara untuk pasar lokal Indonesia harga ikan sidat ukuran konsumsi ukuran 250 gram bisa mencapai Rp.100.000/kg bahkan lebih.
2. Permintan Pasar
Komoditas ikan sidat laku dijual di pasar local/domestic dan Internasional. Pasar internasional utama diantaranya negara Jepang, Korea Selatan, Hongkong, Belanda, Jerman, Italia, China dan beberapa negara lainnya.
Saking banyak yang membutuhkan sementara pa-sokan terbatas, di Inggris harga sidat pernah mencapai angka £700 (sekitar Rp 8,4 juta) per kilogram. Penduduk di London Timur mengolah sidat muda (elver) menjadi sejenis jelly. Jepang membutuhkan ikan sidat sebanyak 100.000 ton per tahun. Yang bisa diproduksi dalam negeri-nya sendiri hanya sekitar 20.000 ton. Dari kebutuhannya yang 100 ribu ton per tahun, 60 ribu ton diimpor Jepang dari Cina. Mereka berharap bisa secepatnya mengimpor ikan sidat dari Indonesia. Agar suplai sidat di dalam negerinya bisa tetap terjaga, banyak pengusaha Jepang mencari-cari mitra yang bisa menjadi produsen sidat. Salah satu yang menjadi incaran mereka adalah mitra dari Indonesia. Permintaan ekspor sidat dari sejumlah negara ke Indonesia cukup banyak, namun pembudidaya dan pengusaha Indonesia belum bisa memanf aatkan peluang ini.
Harga ikan sidat di Cina lumayan mahal karena tergolong hidangan spesial dan dikategorikan sebagai makanan kesehatan. Harga ikan sidat sebanding dengan ukurannya. Makin besar ukurannya, makin mahal harga-nya. Di Hongkong harga sidat berkisar antara ¥ 1.000 hingga ¥ 5.000 per kilogram bahkan terkadang jauh lebih mahal lagi. Ikan sidat biasanya diekspor dalam ukuran minimal di atas 100 gr atau 4 ekor per kilogram.
Pasar Jepang menginginkan ikan sidat dalam bentuk fillet sementara konsumen Eropa lebih menyukai ikan sidat dalam bentuk smoked (asap/pengasapan). Konsumen dari Asia Timur lebih menyukai ikan sidat segar ukuran besar (800 hingga 3.000 gram per ekor).
Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Kementrian Kelautan dan Perikanan membuka jalur ekspor sidat ke negara-negara Asia Timur( Taiwan, Korea Selatan, dan Jepang) dengan cara mengeksport 30 ton sidat.
Untuk menikmati Unagi (sidat panggang) di Jepang, kita harus siap merogoh kocek dalam-dalam.Harganya kalau dirupiahkan sekitar Rp 150 ribu per porsi kecil. Kabayak (makanan olahan sidat khas Jepang) dijual di Jepang dengan harga 6.000 yen atau sekitar Rp 450 ribu per porsi. Masakan yang dikenal dengan istilah unagi adalah sajian sidat panggang yang menjadi favorit di Jepang. Bukan hanya karena rasanya yang enak, tapi juga masakan ini dipercaya mampu membangkitkan vitalitas. Orang Jepang memakannya biasanya pada musim panas (akhir bulan Juli) agar memberikan kekuatan dan vitalitas hingga akhir tahun. Unagi termasuk makanan yang paling mahal di restoran-restoran Jepang dan hanya disuguhkan bagi orang-orang penting.
Sejak abad ke 7 orang Jepang sudah mengkonsumsi unagi (sidat panggang) yang mereka yakini dapat me-ningkatkan daya tahan tubuh. Di Jepang, dibanding musim lainnya, sidat dikonsumsi paling banyak pada waktu musim panas. Sementara untuk pasar lokal pun tak kalah popular kebutuhannya. Jadi ini peluang besar bagi kita untuk budi-daya sidat.
3. Pemeliharaan
Sebenarnya pemeliharaan ikan sidat bisa dibilang mudah. Di Taiwan budidaya ikan sidat sudah berjalan lebih dari 10 tahun, disana budidaya sidat dari ukuran glass eel sampai dengan ukuran konsumsi 200gram bisa ditempuh dalam waktu 6 bulan. Budidaya sidat sudah dilakukan di beberapa negara (Jepang, China, Taiwan, dan Itali) sejak awal abad 20 sedangkan di Indonesia baru dirintis sekitar tahun 1995-1997 namun kurang berkembang karena tidak terjaminnya pasokan benih yang siap tebar.
4. Benih Melimpah
Seperti diketahui, Indonesia sangat kaya akan ikan sidat ini terutama dari tangkapan alam, dan benih ikan sidat atau glass eel mudah ditemukan di muara sungai yang menuju samudra, disepanjang pantai selatan Jawa banyak glass eel jenis Anguilla bicolor, semetara di Sulawesi dan Kalimantan banyak dijumpai glass eel marmorata. Jadi kenapa tidak kita budidayakan glass eel ini menjadi sidat konsumsi?
5. Dukungan pemerintah
Selama ini banyak sekali perusahaan BUMN yang bisa diajak kerjasama dalam hal permodalan untuk budidaya ikan sidat, salah satunya adalah PERTAMINA yang telah menggelontorkan dana satu milyard untuk membantu permodalan Budidaya sidat.
Di Adopsi Dari Buku " Cara Mudah dan Cepat Budidaya Sidat "
Penerbit " Pustaka Baru Press "
Oleh " Doni Setianto, S.Pi. "