Sidat adalah ikan berbentuk panjang bertulang tipis ordo
Anguilliformes. Karena nelayan dahulu tidak pernah mengetahui anakan sidat,
siklus hidup sidat adalah misteri untuk jangka waktu yang sangat panjang dalam
sejarah ilmiah perikanan. Meskipun sekarang ada lebih dari 6500 publikasi
tentang sidat, banyak sejarah hidupnya tetap menjadi teka-teki.
Sidat Eropa (Anguilla Anguilla) adalah sidat yang paling
dikenal bagi ilmuwan Barat, dimulai dengan Aristoteles yang melakukan
penelitian sidat, diketahui sebagai
penelitian yang pertama. Dia menyatakan bahwa sidat lahir dari "cacing
tanah", yang muncul dari lumpur tanpa bantuan pupuk. Untuk waktu yang
lama, tak ada yang bisa membuktikan Aristoteles salah. Kemudian para ilmuwan
mempercayai bahwa ikan eelpout (Zoarces viviparous) adalah "Induk
Sidat" (terjemahan Jermannya "Aalmutter").
Pada 1777, Carlo Mondini dari Italia menemukan gonad sidat
dan membuktikan bahwa sidat adalah ikan. Pada tahun 1876, Sigmund Freud
mahasiswa Austria
membedah ratusan sidat dalam mencari organ seks jantan. Dia mengakui
kegagalannya dalam terbitan hasil riset pertamanya, dan mencari isu-isu lain
tentang sidat dalam kefrustasiannya.
Sampai tahun 1893, larva sidat yang transparan, berbentuk
daun sepanjang dua inci (lima
cm) di samudera - dianggap sebagai spesies terpisah, yaitu Leptocephalus
brevirostris (dari leptocephalus Yunani yang berarti "tipis-atau
berkepala-pipih").
Pada tahun 1886, Zoology Perancis Yves Delage memelihara
leptocephali dalam sebuah tangki laboratorium di Roscoff sampai berubah menjadi
anak sidat, dan pada tahun 1896 zoologi Italia Giovanni Battista Grassi
mengamati transformasi Leptocephalus ke anak sidat yang ditempatkan dalam wadah
kaca bundar di Laut Mediterania, dan mengakui pentingnya air garam pada proses
transformasi tersebut. Meskipun sesudah penemuan ini, nama leptocephalus masih
digunakan untuk larva sidat.
Melacak Daerah Sidat
Memijah
Profesor Johannes Schmidt dari Denmark , sejak tahun 1904, banyak
melakukan ekspedisi di Laut Mediterania dan Atlantik Utara, sebagian besar
dibiayai oleh Yayasan Carlsberg. Beliau menduga dari kesamaan dari semua
leptocephali, ia berasumsi semua anakan sidat harus berasal dari spesies induk
yang sama. Semakin jauh ke Samudera Atlantik kapal penelitian diarahkannya,
semakin kecil leptocephali ia tangkap. Akhirnya, pada tahun 1922, di selatan
Bermuda di Laut Sargasso ia berhasil menangkap sidat terkecil berbentuk-larva.
Namun, Schmidt tidak dapat mengamati pemijahan secara
langsung, ia juga tidak menemukan indukan dewasa sidat bertelur. Dari
distribusi ukuran leptocephali yang ia
kumpulkan, Schmidt merumuskan hal ini dari sejarah kehidupan sidat:
Larva sidat Eropa dibawa oleh Gulf
Stream menyeberangi samudera dan setelah satu sampai tiga tahun,
leptocephali sidat mencapai ukuran 75 - 90 mm sebelum mereka mencapai pantai
Eropa. Nama umum untuk tahap recruiment sidat adalah sidat kaca (glass eel),
berdasarkan pengamatan tubuhnya yang transparan.
Salah satu tempat terkenal untuk pengumpulan besar-besaran
dari glass-eel (Deli-Food dan Stocking) ada di Epney di Severn Inggris. Glass
eel juga dimakan sebagai makanan di Spanyol. Begitu mereka memasuki
daerah-daerah pesisir mereka bermigrasi masuk sungai-sungai, mengatasi segala
macam tantangan alam -
kadang-kadang dengan menumpuk tubuh mereka satu sama lain
puluhan ribu glass eel memanjat rintangan - dan mereka mencapai bahkan sungai
terkecil.
Mereka dapat bergerak sendiri di atas rumput basah dan menggali
melalui pasir basah untuk mencapai hulu-hulu sungai dan tambak, sehingga
memasuki seluruh benua eropah. Di air tawar mereka mengembangkan pigmentasi,
berubah menjadi elvers (sidat muda) dan makan makhluk kecil, kerang, cacing dan
serangga.
Mereka tumbuh di tahun ke 10 sampai tahun ke 14 dengan
panjang 60 sampai 80 cm. Pada tahap ini mereka sekarang disebut sidat kuning
(Yellow Eels) karena pigmentasi emas (golden pigmentation) mereka.
Pada bulan Juli beberapa sidat dewasa bermigrasi kembali ke
laut, bahkan melintasi padang
rumput basah di malam hari untuk mencapai sungai yang mengarah ke laut. Eel
ber-migrasi keluar dari habitat air tawar, mereka muncul dari berbagai penjuru
Eropa, atau melalui Laut Baltik di sabuk Denmark (Danis belts) menjadi wadah
penangkapan ikan secara tradisional dengan jaring.
Bagaimana sidat dewasa melakukan perjalanan laut sejauh
6.000 km (4.000 mil) kembali ke tempat mereka memijah di utara Antilles, Haiti,
dan Puerto Rico tetap tidak diketahui. Pada saat mereka meninggalkan benua
sidat bergantung dari energi cadangan yang tersimpan. Tampilan luar sidat
mengalami perubahan dramatis lain juga: Ukuran mata mulai untuk membesar,
pigmen mata berubah untuk melihat secara optimal dalam cahaya redup laut biru
yang jernih, dan tubuh samping sidat berubah keperakan, untuk menciptakan
pola countershading untuk membuat sidat
sulit dilihat oleh pemangsa di laut selama masa migrasi yang panjang ke
samudera. Sidat yang bermigrasi ini biasanya disebut "Silver Eels"
atau "Big Eyes".
Ahli biologi perikanan Jerman Friedrich Wilhelm Tesch, ahli
sidat dan penulis buku "The Eel" (ISBN 0-632-06389-0), yang melakukan
banyak ekspedisi dengan instrumentasi berteknologi canggih untuk mengikuti
migrasi sidat, pertama kali mulai dari Baltik, sepanjang pantai Norwegia dan
Inggris, tapi akhirnya sinyal pemancar hilang ketika baterai habis. Menurut
Schmidt kecepatan perjalanan di laut diasumsikan 15 km per hari , sehingga
silver eel akan membutuhkan 140-150 hari untuk mencapai Laut Sargasso dari
sekitar Skotlandia dan dalam waktu sekitar 165-175 ketika berangkat dari Selat
Inggris.
Tesch seperti hal nya Schmidt - terus berusaha membujuk
sponsor untuk memberikan lebih banyak dana untuk ekspedisi. Proposalnya adalah
untuk melepaskan lima puluh sidat perak dari perairan Denmark dengan pemancar
yang akan terlepas dari sidat tiap dua hari dan mengapung lalu memancarkan
informasi posisi, kedalaman dan temperatur ke satelit penerima, mungkin
percobaan bersama-sama dengan negara-negara di pantai barat Atlantik. Namun
untuk percobaan semacam ini baru hal tersebut yang diketahui pernah dilakukan.
Saat ini pengetahuan tentang nasib sidat perak ini setelah
mereka meninggalkan landas kontinen didasarkan pada tiga sidat ditemukan dalam
perut ikan laut dalam, yang mencakup paus yang tertangkap di Irlandia dan dari Azores , dan beberapa percobaan pada fisiologi sidat di
laboratorium.
Sesar pemijahan untuk dua spesies berada dalam wilayah yang
tumpang tindih di Laut Sargasso selatan, dengan A. Rostrata tampaknya agak
lebih ke arah barat dari Anguilla A., dan beberapa wadah pemijahan sidat
Amerika mungkin juga ada di Peninsuala Yucatan luar Teluk Meksiko, tetapi hal
ini belum dikonfirmasi.
Setelah pemijahan di Laut Sargasso dan pindah ke barat,
leptocephali dari sidat Amerika keluar Gulf Stream lebih awal dari sidat Eropa
dan mulai bermigrasi ke muara di sepanjang pantai timur Amerika Utara antara
bulan Februari dan April akhir pada usia sekitar satu tahun dan panjang sekitar
60 mm.
Daerah pemijahan dari sidat Jepang, Anguilla
japonica, juga tepat terletak di sebelah barat Suruga gunung bawah laut dan
leptocephali mereka kemudian diangkut ke barat ke Asia Timur oleh arus
Equatorial Utara. Selanjutnya, pada bulan Juni dan Agustus 2008, ilmuwan Jepang
menemukan dan menangkap sidat dewasa dari Anguilla Japonica dan A. marmorata di
sebelah Barat Mariana Ridge
Berkurangnya Glass
Eels
Tidak ada yang tahu alasan berkurangnya glass ells, tapi hal
ini dimulai pada pertengahan 1980-an, kedatangan glasseel di musim semi turun
drastis - di Jerman berkurang sampai 10% dan di Perancis menjadi berkurang 14%
dari tingkat sebelumnya - bahkan dari perkiraan konservatif. Data dari Maine dan pantai Amerika
Utara menunjukkan penurunan yang serupa, walaupun tidak drastis.
Pada tahun 1997 permintaan Eropa untuk sidat dapat dipenuhi
untuk pertama kalinya, dan dealer dari Asia
membeli semua yang mereka bisa beli. Program penyetokan Eropa secara
tradisional tidak dapat bersaing lagi: setiap minggu harga untuk satu kilogram
glasseel naik lagi US $ 30. Bahkan sebelum generasi 1997 sidat sampai pantai
Eropa, pedagang dari Cina telah memesan terlebih dahulu sebanyak lebih dari
250.000 kg, beberapa penawaran bernilai lebih dari $ 1.100 per kg. Elvers Asia
terjual di Hong Kong sebanyak $ 5,000 sampai $
6,000 per kilogram di Amerika glass eels pada waktu itu dibeli $ 1.000 per kg
bahkan berebut di lokasi penangkapan mereka. Satu kilogram, yang terdiri dari
5000 glasseels, terjual setidaknya $ 60.000 dan berharga $ 150.000 setelah
keluar dari peternakan ikan di Asia . Di New
Jersey lebih dari 2000 lisensi untuk menangkap glasseel telah dikeluarkan dan
dilaporkan ditangkap nelayan 38 kg per malam, meskipun hasil tangkapan
rata-rata sekitar 1 kg.
Permintaan untuk sidat dewasa terus tumbuh, mulai tahun
2003. Jerman mengimpor sidat senilai lebih dari $ 50 juta 2002. Di Eropa 25
juta kg dikonsumsi setiap tahun, tetapi di Jepang sendiri lebih dari 100 juta
kg dikonsumsi pada tahun 1996. Karena sidat Eropa menjadi langka, minat
terhadap sidat Amerika meningkat secara dramatis.
Budidaya sidat baru dengan teknologi tinggi perikanan muncul
di Asia dengan efek merugikan pada sidat
Jepang asli, Anguilla Japonica, usaha budidaya sidat tradisional mengandalkan
elvers liar yang ditangkap.
Di Jepang dengan percobaan penggunaan hormon berhasil
menyebabkan sidat memijah secara buatan. Telur dari sidat memiliki diameter
sekitar 1 mm, dan sidat betina masing-masing dapat menghasilkan 2 juta sampai
10 juta telur.
Diterjemahkan secara bebas dari Wikipedia oleh Ariya
Hendrawan (moderator milis sidat@yahoogroups.com, di
http://groups.yahoo.com/group/sidat).
No comments:
Post a Comment