Melihat besarnya kebutuhan pakan ikan dan mahalnya harga pakan ikan pabrikan membuat usaha pembuatan pakan ikan skala industri rumahan dinilai cukup menjanjikan untuk dijadikan sebagai “dewa penolong” bagi petani ikan diberbagai sentra budidaya ikan.
Usaha pakan ikan skala industri rumahan cukup prospektif, selama mampu menjamin ketersediaan bahan baku lokal berkualitas secara berkesinambungan, sehingga tidak tergantung pada pakan pabrikan yang masih menggunakan bahan pakan impor. Dengan menggunakan bahan baku lokal, tentu harga pakan bisa lebih murah.
Mudah dan Murah
Indonesia memiliki sumber bahan baku pakan yang cukup melimpah, seperti jagung yang sempat mencapai swasembada sebagai sumber energi dalam pakan ikan, dedak padi yang dapat diperoleh dari sisa penggilingan padi sebagai sumber serat, dan sumber protein yang bisa diperoleh dari gilingan ikan yang banyak diperoleh baik di darat maupun laut serta tepung singkong/tapioka yang mudah diperoleh sebagai pengikat pakan pada proses pembuatan pelet. Selain itu, tepung udang, tepung bekicot, tepung darah, tepung kedelai, tepung tulang, bungkil kelapa, ampas tahu, juga bisa digunakan sebagai bahan baku pakan. Bahan daun lamtoro, hingga sampah restoran dan rumah tangga juga bisa digunakan sebagai bahan campuran pakan. Adapun kisaran bahan baku pakan mulai Rp.1.500 untuk dedak hingga Rp.3.200 untuk tepung ikan buatan sendiri dari ikan rucah (berbagai macam jenis ikan yang tidak layak jual).
Selain bahan baku pakan yang cukup melimpah, peralatan yang digunakan untuk memproduksi pakan ikan skala industri rumahan juga cukup sederhana, seperti mesin penepung yang berfungsi untuk membuat tepung dari bahan baku yang belum berbentuk tepung, mesin pengaduk sebagai wadah pencampuran dan pengadukan agar semua bahan menyatu dengan sempurna, mesin pencetak pelet, mesin pengering dan mesin jahit karung.
Tak ayal dengan bahan baku lokal dan peralatan yang sederhana, maklum jika modal yang diperlukan untuk memulai usaha pembuatan pakan ikan rumahan kurang dari Rp.50 juta.
Dengan bahan baku lokal yang terjangkau, dan mesin yang sedrhana, tentu pekerjaan membuat pakan juga sederhana. Hanya menggunakan mesin pencetak pelet mampu menghasilkan sekitar satu ton pakan ikan setiap harinya. Sedangkan untuk pencampuran dilakukan secara manual dengan bantuan sekop dan alas plastik.
Bahkan bagi pemula, pembuatan pakan bisa dilakukan menggunakan mesin penggiling mie yang kemudian dipotong-potong secara manual, namun bahan baku harus dicampur bahan pengikat lebih banyak baik berupa tepung tapioka maupun minyak. Dari serangkaian penjelasan tersebut, tidak heran jika harga pakan industri rumahan bisa dijual dengan harga Rp.3.500-4.000/kg.
Jenis Pakan
Ada beberapa bentuk pakan yang bisa diproduksi baik pabrik pakan maupun industri skala rumahan. Pakan berupa tepung yang biasanya untuk pakan benih ikan, pelet (padatan tepung yang dibentuk silinder kecil), crumble (bentuk pelet yang dihancurkan kasar) utnuk pakan masa pembesaran. Ukuran pelet pun bervariasi mulai dari 3, 4, 5 mm.
Sedangkan tipe pakan ada yang berupa moist (pasta) yang mudah dibentuk sewaktu diberikan pada ikan dan dry (kering). Namun dari beberapa jenis pakan, pelet dianggap paling pas untuk pakan ikan paling efisien karena kemudahan dalam penyimpanan (stok) dan pemberiannya pada ikan. Kebutuhan terbanyak pakan ikan adalah dalam bentuk pelet karena yang tepung hanya digunakan oleh benih yang jumlahnya sangat kecil dibandingkan ikan besar.
Sementara itu, berdasarkan densitasnya, pakan pelet ada yang terapung dan tenggelam. Pelet apung biasanya diberikan pada ikan yang responsif maupun untuk budidaya ikan intensif seperti lele dan ikan mas. Sedangkan pakan tenggelam cocok diberikan pada ikan yang tenag dan bukan budidaya intensif seperti udang windu dan gurame. Namun pelet apung dianggap paling efisien karena dapat diketahui jumlah pakan yang dikonsumsi ikan sehingga bisa meningkatkan efisiensi pakan. Karena itu pula harga pelet apung biasanya lebih mahal dari pelet tenggelam.
Misal saja harga pakan pelet apung buatan pabrikan mulai dari Rp.5-7 ribu/kg sedangkan pakan tenggelam yang umumnya dibuat industri rumahan dijual Rp.3-4 ribu/kg. Untuk menghasilkan pelet apung diperlukan mesin truder (mesin pelet basah) dan bahan baku dipanaskan (steam) pada suhu 90 derajat, sedangkan pelet tenggelam cukup menggunakan mesin pelet kering.
Tingkat kebutuhan protein ikan tawar pada umumnya 26-30% sedangkan untuk pakan ikan laut kadar protein yang dubutuhkan sekitar 47-53%. Sementara itu, tingkat efisiensi pakan yang dihasilkan pakan skala rumahan sekitar 2:1, yakni dari 2 kg pakan yang dikonsumsi akan menghasilkan 1 kg daging di akhir masa panen untuk ikan mas dan 1 kg pakan yang diberikan pada ikan bawal akan menghasilkan daging 0,7 kg saat panen (1:0,7).
Sementara itu, tingkat efisiensi pakan pelet lele bisa mencapai tingkat efisiensi 1:1, yakni dari 1 kg pakan yang diberikan akan menghasilkan 1kg daging saat panen. Pada dasarnya setiap jenis ikan membutuhkan nutrisi yang berbeda, demikian juga teknik pemeliharaan akan sangat mempengaruhi pelet yang harus dipergunakan. Bila hal tersebut tidak terpenuhi, akan sulit bagi pembudidaya mendapatkan efisiensi yang baik.
Nilai efisiensi pakan bisa tercapai apabila kebutuhan protein ikan mampu tercukupi dari suplai pakan yang diberikan. Nah, untuk mencari kebutuhan protein ikan bisa diketahui dari data yang dilangsir oleh National Research council (NRC), yakni badan riset internasional yang merilis hasil penelitian pada publik tentang cara penghitungan kebutuhan nutrisi pakan ikan yang diperoleh dari perkalian persentase bahan baku dengan kadar protein yang terkandung pada bahan baku yang kemudian dijumlahkan. Selain itu, pengujian kadar protein juga bisa dilakukan melalui uji nutrisi pakan di laboratorium ilmu nutrisi.
Pemasaran
Pasar pakan ikan antara industri rumahan dengan industri pabrikan tentu berbeda. Pembudidaya ikan intensif sudah dipastikan hanya akan menggunakan pakan pabrikan untuk mengejar tingkat efisiensi pakan yang bisa dicapai dengan menggunakan bahan baku berkualitas yang masih impor dan pengolahan pakan dengan teknologi tinggi, bukan dengan mesin sederhana. Sedangkan untuk pakan ikan rumahan pasarnya petani ikan tradisional di sentra-sentra pembudidaya ikan.
Agar tidak kalah saing dengan pakan pabrikan maka harga jual pakan harus lebih murah dengan kualitas mendekati pakan pabrikan. Selain itu menjual pakan pada petani akan memotong mata rantai distribusi barang seperti yang dilakukan pabrik pakan yang menjual pakan melalui distributor-agen-koperasi-petani. Langkah ini dilakukan agar untung yang diperoleh lebih besar dan harga jual lebih murah.
Kendala
Kendala utama di usaha pembuatan pakan ikan skala industri rumahan adalah menjaga kualitas bahan baku dan kontinuitasnya. Pakan pabrikan saja yang masih menggunakan bahan baku impor bisa turun kualitasnya karena salah satu bahan baku yang kualitasnya beda dari biasanya. Jika demikin, dalam waktu satu minggu petani ikan langsung akan mengetahui pakan yang digunakan jelek kualitasnya dari nafsu makan ikan dan daging yang dihasilkan dari pakan yang telah diberikannya.
Selain itu, petani ikan mengeluhkan sulitnya pemasaran di awal usahanya lantaran sebagian besar petani ikan sudah terdoktrin bahwa pakan pabrikan bermerek lebih bagus kualitasnya dari pakan curah industri rumahan. Selama menjaga kualitas dan kontinuitas bahan baku, serta menyasar petani ikan langsung, masih ada peluang di usaha pembuatan pakan skala industri rumahan ini.
Link
No comments:
New comments are not allowed.