Pages
▼
Friday, December 21, 2012
Potensi Budidaya Ikan Sidat di Indonesia
Ikan sidat (Anguilla spp) adalah komoditas perikanan yang masih baru dan memiliki potensi ekonomi yang cukup menjanjikan dengan pangsa pasarnya yang luas. Jepang merupakan konsumen dan importir ikan sidat terbesar dunia disamping Taiwan, Eropa dan Amerika.
Permintaan yang terus meningkat terhadap komoditas ikan sidat, mendorong berkembangnya industri usaha budidaya ikan sidat secara intensif, akan tetapi faktor ketersediaan benih masih menjadi kendala utama akibat belum dikuasainya teknologi produksi benih ikan sidat secara buatan. Oleh karena itu faktor utama keberhasilan dalam memproduksi ikan sidat sangat ditentukan oleh kelimpahan sumberdaya benih ikan sidat di alam dan kecenderungannya sumberdaya benih alam tersebut terus mengalami penurunan.
Di beberapa negara dengan kondisi alam sub tropis, sangat sulit untuk mengembangkan budidaya ikan sidat. Hal ini dipengaruhi oleh fluktuasi suhu air maupun udara yang tinggi pada saat pergantian musim serta adanya musim-musim tertentu dengan suhu yang sangat dingin. Kondisi ini dapat menghambat budidaya ikan sidat karena proses metabolisme yang tidak berjalan dengan optimal dan waktu budidaya hanya dapat dilakukan beberapa bulan saja.
Selain itu, biaya yang dibutuhkan juga sangat besar untuk menciptakan lingkungan hidup yang dibutuhkan oleh ikan sidat. Berbeda dengan iklim di Indonesia yang memiliki dua musim yakni musim hujan dan musim kemarau dengan fluktuasi suhu yang tidak jauh berbeda sangat membantu dalam aktivitas ikan sidat terutama dalam proses metabolisme sehingga budidaya ikan sidat di Indonesia dapat dilakukan sepanjang tahun.
Melihat potensi pasar dunia untuk ikan sidat khususnya pada jenis sidat Anguilla japonica dan Anguilla anguilla maka diperlukan alternative jenis ikan sidat lainnya yang belum dimanfaatkan untuk dapat menggantikan permintaan pasar tersebut. Di seluruh dunia terdapat 18 jenis ikan sidat, 6 jenis diantaranya ada di Indonesia, yaitu Anguilla marmorata, Anguilla bicolor, Anguilla muritinia, Anguilla celebensis, Anguilla borneoensis dan Anguilla acentralis.
Berdasarkan hasil penelitian yang pernah dilakukan, penyebaran ikan sidat di Indonesia dimulai dari sepanjang pantai sumatera, peisir sedlatan Jawa, Bali, NTB, NTT, sepanjang pantai timur Kalimantan, perairan Sulawesi, Maluku sampai perairan di Papua.
Selain sebagai habitat asli ikan sidat, beberapa tempat di pulau Jawa merupakan lumbung larva kan sidat (glass eel) diantaranya : Pelabuhan Ratu, Cilacap, Purworejo dan Jember. Sedangkan tempat yang mempunyai kelimpahan tinggi untuk benih ikan sidat antaralain: Sukabumi, Cianjur, Tasikmalaya, Purworejo dan beberapa tempat di pantai selatan Jawa.
Sedangkan di perairan Sulawesi juga menunjukkan adanya sumberdaya glass eel (benih ikan sidat) tersebut.
Faktor alam yang sangat mendukung untuk dilakukan pengembangannya, seperti di laut Sulawesi merupakan perairan dalam yang berbentuk teluk, dari umur glass eel yang tertangkap lebih muda sehingga diduga daerah spawning ground-nya dekat, perairan tawarnya masih bersih dan ketersediaan benihnya sepanjang tahun. Disamping itu, khususnya untuk perairan Sulawesi Utara terdapat wilayah yang dijadikan suaka ikan sidat untuk mempertahankan kelestarian sumberdaya tersebut.
Dengan potensi benih alam yang cukup melimpah, kondisi lingkungan yang mendukung serta teknologi yang belum berkembang di Indonesia, maka telah mendorong pemerintah Republik Indonesia melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk menyiapkan teknologi yang aplikatif untuk setiap segmen budidaya ikan sidat. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan jumlah produksi ikan sidat sekaligus membuka peluang usaha baru bagi pembudidaya ikan sidat di Indonesia.